Catatan Acak Proses Belajar

Advokasi Berbasis Monitoring Partisipatif

Buletin Lesung
FORUM PENGEMBANGAN PARTISIPASI MASYARAKAT (FPPM)
(Forum for Popular Participation)
URL: www.fppm.org/ragam_warta.htm
Millis:
partisipasi@yahoogroups.com


Oleh: Muhammad Riza1


Pengantar

Sejarah menunjukkan petani, dari sejak zaman dulu hingga sekarang selalu dipinggirkan dan ditiadakan peran dan hak-haknya. Peminggiran tersebut perlu dilawan, dan hak-hak dasar, harkat serta martabat petani harus terus-menerus direbut melalui berbagai upaya advokasi. Upaya advokasi ini ditujukan kepada penguatan bargaining power petani.

Sejak tahun 1998 hingga sekarang ini, Yayasan Duta Awam (YDA Solo) telah mengembangkan community-centered monitoring, sering disebut juga Advokasi Berbasis Monitoring Partisipatif (ABMP) sebagai model advokasi petani. Gagasan utama model ini adalah bagaimana memposisikan masyarakat sebagai aktor utama dari aktivitas monitoring. Model ini telah mendorong sejumlah petani mitra YDA Solo mampu melakukan ABMP sendiri dalam scope yang bisa mereka jangkau dan dengan modifikasi-modifikasi menurut mereka sendiri.

Beberapa contohnya adalah, pada tahun 2002 seorang petani di Kecamatan Kubu Kabupaten Pontianak, telah melakukan ABMP secara mandiri dalam kasus penebangan bakau, juga terlibat dalam ABMP Proyek Pengembangan Rawa Terpadu atau Integrated Swamp Development Project (ISDP) --sebuah proyek utang Indonesia ke World Bank.

Kelompok Peduli Lingkungan (KPL) Desa Bade, Klego, Kabupaten Boyolali, melakukan ABMP saluran irigasi di desanya pada tahun 2001. Sebelumnya mereka terlibat dalam ABMP Kredit Usaha Tani (1999/2000), ABMP Corporate Farming dan ABMP Proyek Ketahanan Pangan (CF/PKP) di tahun 2000/2001.

Kelompok Muda Peduli Petani Sukoharjo (Komppos) yang melakukan ABMP Kontrak Penanaman Ginseng di Sukoharjo di tahun 2003. Sebelumnya mereka terlibat dalam ABMP CF/PKP dan ABMP Tanaman yang Diduga Rekayasa Genetika (2001).


Mengapa Monitoring Partisipatif?

Dalam monitoring-monitoring konvensional, lazimnya pelaksana monitoring adalah pihak yang bukan merupakan penerima manfaat program/proyek. Pelaksana ditunjuk oleh pihak yang juga termasuk sebagai pengambil keputusan atas proyek tersebut.

Keterkaitan ini menimbulkan kelemahan yang antara lain: (1) Pengambil keputusan luput dari monitoring karena yang dimonitor hanyalah pihak-pihak yang secara struktural berada di bawahnya saja; (2) Budaya patron-client tidak akan menghasilkan data monitoring yang valid; (3) Esprit de corps akan memperlemah kualitas monitoring karena dilakukan oleh pihak-pihak yang berada dalam satu ikatan; (4) Ikatan kontrak komersial/konsultansi juga akan memperlemah kualitas monitoring karena besar kemungkinan akan dilakukan penghalusan kata-kata dalam laporan yang bisa menimbulkan bias dari arti kata yang sesungguhnya; (5) Hal-hal yang dimonitor hanyalah apa yang menurut pelaksana tepat untuk dimonitor. Monitoring partisipatif, yang dilakukan sendiri oleh penerima manfaat proyek/program dapat meminimalisir kelemahan tersebut.

Asumsi model ABMP adalah bahwa advokasi harus berbasis data yang valid, masalah atau isu yang dimonitor adalah hal yang dapat dirasakan langsung akibatnya oleh petani (people local knowledge), post positivism approach, masih ada waktu untuk perbaikan/pemecahan masalah, pembelajaran advokasi untuk petani (edukasi advokasi), proses pembelajaran bersama antar stakeholders dan masyarakat umum.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam ABMP diadopsi dari teknik-teknik riset kualitatif, misalnya focused group discussion, in-depth interview, observation, dan content analysis. Beberapa teknik dalam PRA juga dapat digunakan seperti transek, diagram venn, kalender musim, dan lai-lainnya.


Contoh Tahapan Penggunaan ABMP

Tahapan ABMP-ABMP Terhadap Proyek Pertanian & Masalah Petani

Proyek Distribusi Pupuk, 1999

Proyek Kredit Usaha Tani, 1999/2000

Propyek Corporate Farming & Pengembangan Ketahanan Pangan, 2000/2001

Proyek Benih Berlabel Bahasa Asing,

2002

  1. Studi dokumen

  1. Studi dokumen

  1. Studi dokumen

  1. Studi dokumen

  1. Initial survey

  1. Initial survey

  1. Initial survey

  1. Initial survey

  1. Disain draft MP

  1. Disain draft MP

  1. Disain draft MP

  1. Disain draft MP

  1. Rekrutment petani calon pemonitor

  1. Rekrutment petani calon pemonitor

  1. Rekrutment petani calon pemonitor

  1. Rekrutment petani calon pemonitor

  1. Training petani in class (revisi & pemilihan petani pemonitor)

  1. Training petani in class (revisi & pemilihan petani pemonitor)

  1. Training petani in class (revisi & pemilihan petani pemonitor)

  1. Training petani in class (revisi & pemilihan petani pemonitor)

  1. Data collecting, rechecking, analizing & reporting

  1. Data collecting, rechecking, analyzing & reporting

  1. Data collecting, rechecking, analyzing & reporting

  1. Data collecting, rechecking, analyzing & reporting

  1. Workshop hasil MP

  1. Workshop hasil MP

  1. Workshop hasil MP

  1. Workshop hasil MP

  1. Ekspose tingkat eks Karesidenan Surakarta & ke media massa

  1. Ekspose tingkat eks Karesidenan Surakarta & ke media massa

  1. Ekspose tingkat eks Karesidenan Surakarta & ke media massa

  1. Ekspose tingkat eks Karesidenan Surakarta & ke media massa


  1. Dialog dengan DPR RI


  1. Dialog dengan DPR RI



Pembelajaran Penting

Berdasarkan pengalaman YDA menggunakan ABMP, monitoring pembangunan berpusat pada masyarakat harus berpegang pada prinsip people consciousness, community-centered seluas yang memungkinkan, data yang valid dengan bukti yang lengkap, suara project-affected peoples bukan suara NGO, dialog dengan stakeholder utama yaitu para pengambil kebijakan, local & international networking/supporting.

Pelaksanaan monitoring partisipatif yang dilakukan oleh masyarakat nyata-nyata memberikan manfaat besar. Pertama, tumbuhnya rasa percaya diri masyarakat untuk menyampaikan masalah-masalah di sekitarnya kepada kalangan yang lebih luas. Keberanian mengartikulasikan masalah mulai muncul dari keberanian menyajikannya untuk konsumsi media massa, birokrasi, legislatif dan masyarakat umum lainnya.

Kedua, terbangunnya kebutuhan bersama untuk mencapai tujuan bersama antar komponen masyarakat. Kebersamaan ini nampak dari kesediaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk menjalankan proses bersama seperti diskusi-diskusi dan kunjungan antar lokasi.

Ketiga, tumbuhnya kepercayaan beragam kalangan akan hasil pengawasan pembangunan yang dilakukan masyarakat. Hasil yang disampaikan masyarakat ternyata diakui pelaksana proyek dan tidak berbeda jauh dengan temuan mereka. Semakin banyak masalah yang akhirnya terungkap.

Keempat, meningkatnya pemahaman masyarakat akan makna, proses, lingkup dan dampak proyek-proyek pembangunan dan kebijakan-kebijakan di sekitarnya.

Keempat, tumbuhnya pemahaman akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan pembangunan dan atau kebijakan. Melalui proses monitoring partisipatif ini, masyarakat yang sebagian acuh terhadap kebijakan di sekitarnya, mulai merasa penting untuk mencari informasi.

Kelima, menumbuhkan pemahaman akan titik-titik lemah proyek-proyek pembangunans ehingga merangsang inovasi masyarakat dalam melakukan pengawasan pembangunan, tumbuhnya pola komunikasi baru antara masyarakat sasaran proyek, pelaksana proyek, NGO lokal dan media massa.

1 Direktur eksekutif Yayasan Duta Awam (YDA) Solo. Tulisan ini disarikan dari makalah yang dipresentasikan berjudul “Pengalaman Melakukan Monitoring Partisipatif Bersama Petani/Masyarakat Desa terhadap Program-Program Pembangunan Pertanian/Perdesaan”, yang dipresentasikan dalam Forum Nasional FPPM di Lombok, 27-29 Januari 2005

0 Comments: