Catatan Acak Proses Belajar

Sang Bijak dan Pembelajar Telah Berpulang

Siang di awal-awal September. Tiiit … tiit … tit, satu rangkaian suara keluar di henpon (HP) saya menandakan masuknya satu pesan singkat (SMS). Segera saya periksa HP kalau ada pesan penting dan mendesak. Ternyata memang betul, kabar dari satu teman petani monitor kita, Yanto Bujang yang tinggal di salah satu desa di Kecamatan Rasau Jaya, Pontianak, Kalimantan Barat. Isi pesan, “Telah meninggal dua hari lalu, Bapak Karni, Rasau Jaya, karna sakit.”

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, semua yang bermula dari Allah akan kembali pada-Nya jua. Bapak yang terlahir di Pacitan (Jawa Timur), 6 Mei 1952, telah dipanggil-Nya pada 6 September 2005. Beliau meninggalkan seorang istri, tiga putri, kelompok taninya (Rukun Santosa), dan Desa Rasau Jaya II --yang masyarakatnya telah mempercayainya menjadi Kepala Desa beberapa periode.

Selain itu, beliau juga meninggalkan banyak hal yang perlu dipelajari bagi siapa saja yang mendukung gerakan pembelaan (advokasi) terhadap petani. Saya pribadi, tanpa disadari belajar banyak dari beliau melalui proses panjang sejak bertemu pertama kali di tahun 1999. Saya belajar tentang bagaimana kita harus tanggap terhadap lingkungan di sekitar kita, bagaimana kita harus tangkas atau lihai atas segala hal yang memiliki arah kepada pengembangan masyarakat, bagaimana tetap harus hati-hati atas sesuatu yang berasal dari luar, bagaimana kita harus mengasah otak, bersikap bijak dan berkemampuan memecahkan ketegangan (konflik) dalam masyarakat, bagaimana tetap harus belajar, belajar dan belajar. Ada banyak lagi yang saya pelajari dari teman kita almarhum ini.

Pesan dari Pak Yanto, membuat saya merenung dan mengingat masa lalu. Saya jadi teringat teman-teman petani lainnya di Kalimantan Barat, saya jadi teringat pula pada Willem Molle, staf lapangan YDA Solo yang beberapa tahun menjadi anak Pak Karni karena sempat tinggal di rumah beliau. Mereka pasti juga kehilangan!

Di satu malam yang sepi dan diselingi suara binatang malam, beberapa teman dari YDA Solo pernah duduk bersama di rumahnya, mengobrol, merokok –beliau tidak merokok— dan minum kopi. Beliau bercerita saat-saat awal datang ke wilayah rawa di Kabupaten Pontianak itu, sebagai transmigran. Kebrengsekan program transmigrasi waktu itu, perjuangan beliau dan banyak lagi kehidupan masyarakat di Rasau Jaya serta di delta-delta di seberangnya. Mendengar cerita beliau ini, membuat saya serasa menyaksikan langsung penderitaan teman-teman yang ikut dalam program transmigrasi waktu itu.

Cerita ini, merupakan salah satu cerita dari teman-teman petani yang mempengaruhi hidup saya selanjutnya. Sangat memberikan inspirasi, ide, semangat sekaligus kemarahan. Saya bisa memastikan, meski mungkin tidak semua teman di YDA Solo mendengar langsung cerita ini, semangat YDA Solo salah satunya dicetak oleh cerita Pak Karni ini.

Hubungan aktif YDA Solo dengan beliau, awalnya adalah di masa tindak lanjut kegiatan advokasi berbasis monitoring partisipatif terhadap proyek pengembangan rawa terpadu (ISDP). Hasil monitoring ternyata menunjukkan bahwa proyek justru membuat petani mengenal racun pertanian (pestisida). Atas dasar itu, dengan bantuan dari satu donor, kami memcoba mengenalkan cara-cara Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)di lahan rawa pasang surut. Awalnya, SLPHT tidak dilakukan di Desa Rasau Jaya. Namun dengan berjalannya proses, melihat dan mendengar metode-metode SLPHT dari staf YDA Solo, akhirnya almarhum meminta agar SLPHT dilaksanakan juga di desanya. Beliau sendiri ikut langsung dalam kegiatan ini, termasuk di malam hari melakukan ujicoba penggunaan petromak di lahan untuk menangkap hama tanaman padi.

Semangat beliau untuk belajar seumur hidup, tidak dapat dipungkiri. Sejak dilibatkan dalam Evaluasi Tahunan YDA Solo 2003 bersama beberapa perwakilan petani dari Kalimantan Barat, Riau, Bengkulu dan eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah, beliau sangat bersemangat jika diundang ke Solo. Di luar acara resmi, beliau menyempatkan diri mengunjungi teman-teman petani yang baru dikenalnya. Begitu pula saat diundang dalam acara Semiloka Kredit Pertanian. Ada banyak yang dipelajari beliau dari teman-teman petani saat di Solo, Jawa Tengah.

Kepergian beliau, adalah kehilangan besar bagi gerakan pembelaan petani. Kehilangan besar bagi YDA Solo. Namun, dari apa yang ditinggalkan dan dikesankan beliau selama ini kepada kita semua, meyakinkan kita bahwa ilmu beliau telah memberikan manfaat besar bagi banyak orang.

Doa kami, amal bakti Pak Karni diterima di sisi-Nya dan segala kekhilafannya diampuni Yang Maha Kuasa. Semoga pula keluarga dan para sahabat yang ditinggalkan, diberi kelapangan hati menerima ini semua. Amiin.

Salam Advokasi Petani, Pak Karni.

Ditulis atas permintaan Buletin Petani Advokasi, Yayasan Duta Awam, Oktober 2005

0 Comments: